I.
MASA AWAL MULA
Setelah bangsa
Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus 1945, di mana
kemudian rakyat Indonesia memulai berbagai kegiatan untuk mengejar
ketinggalannya selama berabad-abad dijajah oleh bangsa-bangsa asing. Kegiatan
tersebut antara lain adalah pendidikan,
dalam hal ini gereja Katolik juga turut pula memikirkan hal ini. Romo B.
Sumarno, SJ yang ketika itu menjabat sebagai pastor paroki Kotabaru merasa
tergugah dengan mengumpulkan anak-anak
di sekitarnya dan terkumpullah 25 anak. Dibantu oleh tokoh-tokoh paroki antara
lain Dr. Sentral, Bapak Sosroyudo, SH, Bapak Sujadi mulai mendirikan Sekolah
Taman kanak-kanak yang kemudian juga mendirikan Sekolah Rakyat. Sebagai
lokasinya adalah kompleks KOLSANI dan gedung WIDYAMANDALA dengan 6 kelas. Namun
Tuhan masih memberikan cobaan yaitu tahun 1948 Belanda kembali ingin menjajah
Indonesia, Yogyakarta sebagai ibukota Republik Indonesia menjadi sasaran utama
dengan membumihanguskan beberapa bangunan termasuk Komplek Kolsani dan Widya
Mandala.
Situasi itu
hanya berlangsung selama sekitar 1 tahun, kota Yogyakarta kembali ke pangkuan
Republik Indonesia. Pada tahun itu pula TK dan SD Kanisius Kotabaru mulai
mengadakan proses belajar mengajar lagi malahan kelasnya bertambah menjadi 9
kelas, karena tempat tidak mencukupi maka atas petunjuk Bapak Drijoatmojo dan
Bapak L. Djamin dicari pinjaman tempat yaitu bekas gedung pertunjukkan kesenian
di Jl. Mataram sekarang komplek Yayasan Realino. Tempat belajar yang berada di
3 tempat dirasa kurang menguntungkan, kemudian oleh Romo B. Sumarno, SJ dan
Romo B. Schouten, SJ dicarilah sebidang tanah yang bisa menampung siswa sekitar
350 anak didik. Setelah dicari beberapa tempat, atas berkat Tuhan akhirnya
didapatkan sebidang tanah seluas sekitar 3000 m2 yang terletak di
sebelah selatan Kolsani tanah milik Kasultanan yang disewa PJKA atau yang
menjadi cikal bakal komplek TK dan SD Kanisius Kotabaru sekarang ini.
II. MASA
PEMBANGUNAN
Dalam musyawarah
antara pihak PJKA dengan Yayasan Kanisius di Yogyakarta disepakati bahwa tanah
tersebut bisa ditempati untuk mendirikan sekolah dengan sistem sewa selama 25
tahun, dengan berbagai ketentuan-ketentuannya. Kemudian mulailah dibangun
gedung semi permanen dari bahan kayu yang didatangkan dari Jawa Timur sehingga
berdiri 11 ruang kelas dan 1 ruang untuk guru/Kepala Sekolah serta sebagian
untuk tempat sepeda, WC, KM. Secara resmi diberkati oleh Monsinyur A.
Sugijopranoto, SJ pada tahun 1955 tang ketika itu menjabat sebagai Uskup Agung
Semarang. Setelah bangunan gedung cukup layak untuk kegiatan proses belajar
mengajar, maka mulai tahun tersebut fokus kegiatan adalah meningkatkan atau
menata mutu hasil belajar siswa-siswi. Waktu itu jumlah ruang kelas tidak
sepadan dengan animo masyarakat sekitar untuk menyekolahkan anak-anaknya di SD
Kanisius Kotabaru, maka masih ada siswa-siswi yang terpaksa masuk sore.
Kemudian timbul pemikiran alangkah baiknya kalau mereka semua bisa masuk pagi,
namun konsekwensinya harus diadakan penambahan ruang kelas baru. Tahun 1959
untuk mengimbangi problem tersebut dibangunlah gedung baru seluas 8 x 32 meter
yang sampai sekarang dipakai untuk TK dan aula. Tahun-tahun berikutnya mulai
secara bertahap merehab beberapa bagian bangunan misalnya mengganti
langit-langit yang dahulunya dari bambu dengan eternit.
Mengingat tahun
1978 adalah batas akhir status sewa PJKA kepada pihak Kraton sudah berakhir,
maka mulailah dirintis permohonan ijin kepada pihak Kraton dari sewa menjadi
magersari. Sekali lagi atas berkat Tuhan dan kebaikan dari pihak Kraton,
permohonan tersebut dikabulkan dengan keluarnya Surat Kekancingan hak magersari
tanah Kraton No. 73/W&K/78 tanggal 12 Oktober 1978 seluas ±
4000 m2 yang semula 3000 m2 ditambah 1000 m2. Dengan
keluarnya surat tersebut, sekolah mulai menertibkan lingkungannya yaitu membuat
pagar tembok keliling/pager bumi.
Tahun 1980
sebuah lembaga sosial Foster Parents Plan Internasional (PKAK) memberikan
bantuan sebesar Rp 8.800.000 yang semula akan dipergunakan untuk
penembokan/sekat ruang kelas, akhirnya dengan sistem swa kelola sekolah dan kerja
sama dengan BP 3 berhasil dibangun gedung dua lantai. Namun gedung baru yang
terdiri 4 lokal tersebut keadannya masih kosong, atas bantuan Direktur PKAK
perwakilan Jakarta beliau berkenan memberikan bantuan 60 setel tempat duduk
anak dan 2 buah almari guru. Bangunan tersebut 7 x 16 meter dengan nilai
bangunannya sebesar Rp 14.700.000. Tanggal 28 September 1981 oleh Ny. Yaap van
Arkel sebagai pimpinan tertinggi PKAK berkenan meresmikan penggunaan gedung
tersebut, dengan pemasangan prasasti yang bertuliskan JAAP VAN ARKEL BUIDING
DEDICATED OKTOBER 1981. Terima kasih pada Tuan dan Nyonya Jaap van Arkel,
semoga jasamu kami kenang selalu.
Tahun 1982
pemerintah memberi bantuan rehabilitasi gedung sebesar Rp 2.950.000 dengan ijin
khusus, dana rehab tersebut digunakan untuk membangun ruangan berukuran 4 x 12
meter yang dipersiapkan untuk bangunan 2 lantai. Sampai selesainya bangunan
tersebut menghabiskan dana sebesar Rp 3.350.000 yang diresmikan Juli 1983
sampai sekarang menjadi kantor Kepala Sekolah.
III. MASA
SEPULUH TAHUN TERAKHIR
1.
Tahun 1988 membuat door lop yang
menghubungkan gedung lama dan gedung
baru, sehingga bila hujan terbebas dari guyuran air, serta memindahkan pintu
butulan sebelah barat yang tadinya ada di belakang dipindahkan ke depan lurus
dengan gedung lama. Pada tahun 1988 sekolah mengadakan ulang tahun ke-40
berdirinya SD Kanisius Kotabaru (Pancawindu) dengan mengadakan kegiatan
pameran, bazar, pasar murah dan puncaknya dengan malam kesenian. Dalam acara
puncak malam kesenian tersebut dilepas purna tugas Bapak G. Sumpoyo, Kepala
Sekolah SDK Kotabaru I dan Ibu Y. Sri Rahayu guru SD Kanisius Kotabaru II.
2.
Untuk keserasian lingkungan SD Kanisius
Kotabaru jalur jalan belakang dan halaman diperkeras dengan konblok. Karena
dana yang minim konblokisasi dikerjakan 3 tahap:
-
Tahap I tahun 1990 pemasangan konblok
jalur belakang seluas 50 mx 1m (separoh panjang gedung).
-
Tahap II tahun 1993 pemasangan konblok
halaman di sekitar panggung terbuka seluas 60 m2.
-
Tahap ke III pemasangan konblok halaman
sebelah utara Aula, halaman bagian barat, dan meneruskan jalur belakang Gedung
SD lama seluas 120 m2. Di samping konblokisasi tahun 1996 ini juga
pengecatan pintu, jendela dan dinding gedung baru sehingga menambah keserasian
gedung.
-
Dana pembangunan tersebut dikumpulkan
dari dana BPK (dari pemerintah dan sumbangan wali murid).
3.
Selain itu dari keuangan BP 3 setiap
tahun diprogramkan penutupan atau penyekatan antara serambi dan ruang kelas
(sekarang masih tiga ruang) untuk menghindari kebisingan antarkelas yang
terbuka serta mengurangi gangguan lalu lintas yang melewati serambi.
Bagus sekali pak artikel diatas pak
BalasHapus